Disusun oleh :
Anik Rachmawati,
PENDAHULUAN
Bawang merah merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai manfaat besar dalam kehidupan manusia. Berbagai macam masakan membutuhkan bawang merah sebagai penyedap , pengharum maupun penambah gizi. Demikian pula dengan industri obat-obatan yang membutuhkan bawang untuk campuran obat-obatan. Petani menanam bawang merah karena tertarik oleh nilai ekonomis yang dihasilkannya , yang memberikan harapan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik. Dengan penerapan sistim budidaya seperti penggunaan bibit yang baik, penanaman, pemupukan, pengairan, penegendalian hama dan penyakit dan pengolahan hasil, produksi bawang merah mencapai 4,91-10 ton/ ha (Limbongan dan Maskar, 2003)
Banyak kendala yang dihadapi oleh petani dalam berusaha tani bawang merah. Hama yang selalu mengintai dilapangan dan siap untuk menyerbu serta menghancurkan tanaman bawang merah, membuat petani bawang merah dituntut untuk memiliki ketrampilan dan pengetahuan dalam mengenal hama dan penyakit, gejala serangan dan upaya pengendaliannya. Hama Spodoptera exigua Hubn. merupakan salah satu penyebab terjadinya kehilangan hasil panen bawang merah. Serangan hama ini hampir selalu terjadi pada setiap musim tanam. Kehilangan hasil panen akibat serangan hama ini dapat mencapai 62,98 % bahkan kegagalan panen.
Salah satu tehnik pengendalian yang sekarang dikembangkan adalah penggunaan lampu perangkap, yang disesuaikan dengan sifat imago yang aktif malam hari dan tertarik dengan cahaya lampu.
HAMA UTAMA TANAMAN BAWANG MERAH
Ulat grayak (Spodoptera spp). dikenal sebagai hama yang polifag dan banyak jenisnya. Hama ini disebut sebagai ulat grayak karena serangannya mendadak atau secara tiba-tiba dan menyerang dalam jumlah yang banyak.
Spodoptera exigua merupakan salah satu jenis ulat grayak yang menjadi kendala utama dalam budidaya bawang merah ( Sutarya, 1996). Menurut Sastrosiswojo dan Rubiati ( 2001) ulat grayak ( S.exigua ) dan thrips ( Thrips tabact Lind) seringkali berstatus sebagai hama utama pada tanaman bawang merah. Biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian hama dan penyakit mencapai 30-50 % dari total biaya produksi dan setengahnya untuk pembelian pestisida ( Moekasan, 2002)
Serangan S. exigua dijumpai hampir disetiap fase pertumbuhan tanaman bawang merah. Pada fase awal pertumbuhan biasanya dijumpai kelompok telur dan stadia awal. Populasinya akan terus meningkat mulai umur tanaman dua minggu dan mencapai puncaknya pada tanaman umur 4-7 minggu ( Sutarya, 1996). Moekasan (1996) menyatakan populasi hama S. exigua meningkat pada minggu kedua setelah tanam dan mencapai puncaknya pada minggu keempat atau kelima setelah tanam.
Ngengat S. exigua meletakkan telur secara berkelompok pada malam hari. Telur ditutupi oleh rambut dan sisik-sisik halus yang berasal dari tubuhnya
Gejala serangan :
• Dimulai dari ujung daun, ulat memakan jaringan tanaman bagian dalam sehingga yang tertinggal hanya jaringan epidermis saja.
• Daun akan berwarna kecoklatan dan pada tahap selanjutnya daun akan mati dan akhirnya tanaman juga akan mati.
Kerugian yang ditimbulkan akibat serangan S. exigua pada bawang merah neragam. Koestomi dan Sastrowardojo (1991 dalam Moekasan, 1994 ) menyebabkan kehilangan hasil panen bawang merah akibat S. exigua berkisar 45-47 %. Menurut Setiawati (1996 dalam Moekasan, 2002) kepadatan tiga dan lima larva S. exigua perrumpun tanaman bawang merah dapat menyebabkan kehilangan hasil msing-masing sebesar 32 dan 42 %. Pada tanaman bawang merah yang berumur 49 hari, serangannya dapat mencapai 62,98% dengan rata-rata populasi larva 11,52 ekor/ rumpun ( Sutarya, 1996) dengan demikian kehilangan hasil berkisar antara 46,56 – 56,94% (Dibyantoro,1996 dalam Sutarya 1996) jika tanaman bawang merah mendapat serangan yang relative berat pada awal fase pemebentukan umbi, maka resiko kegagalan panen akan lebih besar ( moekasan, 1994)
PENGENDALIAN DENGAN PERANGKAP LAMPU (LIGHT TRAP)
Pada saat ini banyak petani mulai melaksanakan pengendalaian hama bawang merah khususnya dengan Tehnologi Pengendalaian Hama Terpadu (tanpa menggunakan pestisida). Dengan pertimbangan penggunaan pestisida dianggap sangat mahal dan tidak terjangkau oleh petani. Disamping itu pertimbangan lainnya adalah dampak negatif yang ditimbulkan berakibat buruk terhadap manusia, tanaman, Musuh Alami maupun lingkungan. Beberapa cara digunakan petani diantaranya adalah menggunakan perangkap lampu. (light trap) untuk mengendalikan S. exigua. Penggunaan jebakan lampu oleh petani merupakan contoh penerapan pengendalian mekanik, yaitu tehnik pengendalian yang dilakukan dengan tangan manusia, alat atau bahan lainnya dengan tujuan mematikan, menghalangi, memindahkan atau menghalangi serangga hama. Selain penggunaan lighy trap, beberapan tehnik yang sering
digunakan antara lain (1) pengambilan telur, larva, pupa atau imago hama dengan tangan lalu membunuhnya, (2) memotong atau menghilangkan bagian tanaman yang terserang hama untuk menghilangkan sumber infeksi (Jumar, 2000). Light trap dapat digunakan untuk mengendalikan serangga hama yang aktif di malam hari dan tertarik cahaya lampu, seperti ngengat S.exigua yang aktif di malam hari. Pemanfaatan light trap oleh petani adalah langkah tepat untuk mengendalikan S. exigua, apalagi dikombinasikan dengan pengumpulan telur dan larva ( Duryatmo,2004) .
Lampu yang dipergunakan bisa berupa lampu petromaks atau bola lampu listrik. Lampu tersebut digantungkan dengan ketinggian tertentu diatas tanaman, dibawahnya disediakan tempayan dengan diameter tertentu , disesuaikan dengan lampu yang digunakan dan diisi dengan air, dapat pula dicampur dengan bahan pembunuh lain misalnya minyak tanah atau minyak pelumas bekas.
Serangga yang tertarik cahaya lampu akan menuju lampu yang digunakan dan dapat jatuh kedalam tempayan dan mati. Individu lain yang tidak mencapai lampu akan berada disekitar lampu perangkap atau bertelur pada tanaman di sekitar lampu perangkap dan dapat diambil keesokan harinya.
Lampu perangkap dinyalakan selama kurang lebih 11 jam yaitu mulai pukul 17.30 – 05.30
Bahan / alat yang perlu dipersiapkan / ha
• Lampu neon 10 watt : 20 buah
• Bambu : secukupnya
• Bak plastik diameter kurang lebih 40 cm. : 20 buah
• Kabel listrik : 6 rol (600 m)
• Paku besar : 20 buah
Cara pemasangan lampu perangkap :
• Lampu dipasang disekeliling hamparan sawah dengan jarak kurang lebih 1 m dari pematang.
• Tinggi tempat pemasangan lampu kurang lebih 50 cm dari permukaan tanah.
• Jarak lampu dengan bak perangkap kurang lebih 10 cm.
• Tempat penyangga bak dari bambu yang dibelah ujungnya menjadi 4 bagian.
• Masing-masing lampu ada 1 (satu) arde/masa dengan menggunakan paku besar/ besi.
• Bak plastik diisi olie bekas 2 lt
• Banyaknya lampu dan besarnya watt sangat berpengaruh pada jumlah serangga yang terperangkap.
KEUNTUNGAN DAN MANFAAT PENGGUNAAN LAMPU PERANGKAP.
• Ramah lingkungan
• Dapat menekan biaya pengendalian kurang lebih 40 %.dari biaya dengan menggunaan pestisida (Rp. 10.000.000,-/ha). Dengan catatan bahan perangkap Rp. 950.000,- + pestisida
Rp. 5.050.000,-
• Memudahkan pelaksaan perlakuan di malam hari.
• Keamanan lebih terjamin dari pencurian.
• Petani lebih krasan di sawah pada malam hari.
• Jumlah tangkapan serangga + 36.000 ekor / ha dengan perhitungan 1 ha = 20 buah lampu x 60 hari x 30 ekor/lampu/hari
Biaya yang dibutuhkan :
Biaya sewa listrik Rp. 10.000,-/10 watt/bulan = Rp. 400.000,-
Kabel 6 roll @ Rp. 35.000,- = Rp. 210.000,-
Lampu 20 buah @ Rp. 12.000,- = Rp. 240.000,-
Lain-lain (bak,bambu,skakel,paku,tenaga, olie bekas) = Rp. 100.000,-
Jumlah = Rp. 950.000,-
DAFTAR PUSTAKA
Limbongan j dan Maskar, 2003. Potensi pengembanagan dan ketersediaan tehnologi bawang merah palu di Sulawesi Tengah J Litbang Pertanian 22 (3) 103-108
Moekasan,TK 1994. Pengujian ambang pengendalian hama Spedoptera exigua berdasarkan umur tanaman dan intensitas kerusakan tanaman bawang merah didataran rendah. Pros Seminar Hasil Penelitian Pendukung Pengendalian Hama Terpadu. Lembang
Moekasan,TK 2002. Efikasi dan formulasi seNPV terhadap larva Spedoptera exigua pada tanaman bawang merah dirumah kasa J.Hort 12
Sastrosiswojo dan Rubiati ( 2001) Pengaruh aplikasi insektisida kloropirifos dan deltamentrin pada tnaman bawang merah terhadap resurgensi Spedoptera exigua J Hort 11
Sutarya, 1996). Hama ulat Spedoptera exigua pada bawang merah dan strategi pengendaliannya. J Litbang Pertanian.
Duryatmo S,2004 Ngengat tentara terjebak chaya. Trubus 420 .
HAMA UTAMA TANAMAN BAWANG MERAH
Ulat grayak (Spodoptera spp). dikenal sebagai hama yang polifag dan banyak jenisnya. Hama ini disebut sebagai ulat grayak karena serangannya mendadak atau secara tiba-tiba dan menyerang dalam jumlah yang banyak.
Spodoptera exigua merupakan salah satu jenis ulat grayak yang menjadi kendala utama dalam budidaya bawang merah ( Sutarya, 1996). Menurut Sastrosiswojo dan Rubiati ( 2001) ulat grayak ( S.exigua ) dan thrips ( Thrips tabact Lind) seringkali berstatus sebagai hama utama pada tanaman bawang merah. Biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian hama dan penyakit mencapai 30-50 % dari total biaya produksi dan setengahnya untuk pembelian pestisida ( Moekasan, 2002)
Serangan S. exigua dijumpai hampir disetiap fase pertumbuhan tanaman bawang merah. Pada fase awal pertumbuhan biasanya dijumpai kelompok telur dan stadia awal. Populasinya akan terus meningkat mulai umur tanaman dua minggu dan mencapai puncaknya pada tanaman umur 4-7 minggu ( Sutarya, 1996). Moekasan (1996) menyatakan populasi hama S. exigua meningkat pada minggu kedua setelah tanam dan mencapai puncaknya pada minggu keempat atau kelima setelah tanam.
Ngengat S. exigua meletakkan telur secara berkelompok pada malam hari. Telur ditutupi oleh rambut dan sisik-sisik halus yang berasal dari tubuhnya
Gejala serangan :
• Dimulai dari ujung daun, ulat memakan jaringan tanaman bagian dalam sehingga yang tertinggal hanya jaringan epidermis saja.
• Daun akan berwarna kecoklatan dan pada tahap selanjutnya daun akan mati dan akhirnya tanaman juga akan mati.
Kerugian yang ditimbulkan akibat serangan S. exigua pada bawang merah neragam. Koestomi dan Sastrowardojo (1991 dalam Moekasan, 1994 ) menyebabkan kehilangan hasil panen bawang merah akibat S. exigua berkisar 45-47 %. Menurut Setiawati (1996 dalam Moekasan, 2002) kepadatan tiga dan lima larva S. exigua perrumpun tanaman bawang merah dapat menyebabkan kehilangan hasil msing-masing sebesar 32 dan 42 %. Pada tanaman bawang merah yang berumur 49 hari, serangannya dapat mencapai 62,98% dengan rata-rata populasi larva 11,52 ekor/ rumpun ( Sutarya, 1996) dengan demikian kehilangan hasil berkisar antara 46,56 – 56,94% (Dibyantoro,1996 dalam Sutarya 1996) jika tanaman bawang merah mendapat serangan yang relative berat pada awal fase pemebentukan umbi, maka resiko kegagalan panen akan lebih besar ( moekasan, 1994)
PENGENDALIAN DENGAN PERANGKAP LAMPU (LIGHT TRAP)
Pada saat ini banyak petani mulai melaksanakan pengendalaian hama bawang merah khususnya dengan Tehnologi Pengendalaian Hama Terpadu (tanpa menggunakan pestisida). Dengan pertimbangan penggunaan pestisida dianggap sangat mahal dan tidak terjangkau oleh petani. Disamping itu pertimbangan lainnya adalah dampak negatif yang ditimbulkan berakibat buruk terhadap manusia, tanaman, Musuh Alami maupun lingkungan. Beberapa cara digunakan petani diantaranya adalah menggunakan perangkap lampu. (light trap) untuk mengendalikan S. exigua. Penggunaan jebakan lampu oleh petani merupakan contoh penerapan pengendalian mekanik, yaitu tehnik pengendalian yang dilakukan dengan tangan manusia, alat atau bahan lainnya dengan tujuan mematikan, menghalangi, memindahkan atau menghalangi serangga hama. Selain penggunaan lighy trap, beberapan tehnik yang sering
digunakan antara lain (1) pengambilan telur, larva, pupa atau imago hama dengan tangan lalu membunuhnya, (2) memotong atau menghilangkan bagian tanaman yang terserang hama untuk menghilangkan sumber infeksi (Jumar, 2000). Light trap dapat digunakan untuk mengendalikan serangga hama yang aktif di malam hari dan tertarik cahaya lampu, seperti ngengat S.exigua yang aktif di malam hari. Pemanfaatan light trap oleh petani adalah langkah tepat untuk mengendalikan S. exigua, apalagi dikombinasikan dengan pengumpulan telur dan larva ( Duryatmo,2004) .
Lampu yang dipergunakan bisa berupa lampu petromaks atau bola lampu listrik. Lampu tersebut digantungkan dengan ketinggian tertentu diatas tanaman, dibawahnya disediakan tempayan dengan diameter tertentu , disesuaikan dengan lampu yang digunakan dan diisi dengan air, dapat pula dicampur dengan bahan pembunuh lain misalnya minyak tanah atau minyak pelumas bekas.
Serangga yang tertarik cahaya lampu akan menuju lampu yang digunakan dan dapat jatuh kedalam tempayan dan mati. Individu lain yang tidak mencapai lampu akan berada disekitar lampu perangkap atau bertelur pada tanaman di sekitar lampu perangkap dan dapat diambil keesokan harinya.
Lampu perangkap dinyalakan selama kurang lebih 11 jam yaitu mulai pukul 17.30 – 05.30
Bahan / alat yang perlu dipersiapkan / ha
• Lampu neon 10 watt : 20 buah
• Bambu : secukupnya
• Bak plastik diameter kurang lebih 40 cm. : 20 buah
• Kabel listrik : 6 rol (600 m)
• Paku besar : 20 buah
Cara pemasangan lampu perangkap :
• Lampu dipasang disekeliling hamparan sawah dengan jarak kurang lebih 1 m dari pematang.
• Tinggi tempat pemasangan lampu kurang lebih 50 cm dari permukaan tanah.
• Jarak lampu dengan bak perangkap kurang lebih 10 cm.
• Tempat penyangga bak dari bambu yang dibelah ujungnya menjadi 4 bagian.
• Masing-masing lampu ada 1 (satu) arde/masa dengan menggunakan paku besar/ besi.
• Bak plastik diisi olie bekas 2 lt
• Banyaknya lampu dan besarnya watt sangat berpengaruh pada jumlah serangga yang terperangkap.
KEUNTUNGAN DAN MANFAAT PENGGUNAAN LAMPU PERANGKAP.
• Ramah lingkungan
• Dapat menekan biaya pengendalian kurang lebih 40 %.dari biaya dengan menggunaan pestisida (Rp. 10.000.000,-/ha). Dengan catatan bahan perangkap Rp. 950.000,- + pestisida
Rp. 5.050.000,-
• Memudahkan pelaksaan perlakuan di malam hari.
• Keamanan lebih terjamin dari pencurian.
• Petani lebih krasan di sawah pada malam hari.
• Jumlah tangkapan serangga + 36.000 ekor / ha dengan perhitungan 1 ha = 20 buah lampu x 60 hari x 30 ekor/lampu/hari
Biaya yang dibutuhkan :
Biaya sewa listrik Rp. 10.000,-/10 watt/bulan = Rp. 400.000,-
Kabel 6 roll @ Rp. 35.000,- = Rp. 210.000,-
Lampu 20 buah @ Rp. 12.000,- = Rp. 240.000,-
Lain-lain (bak,bambu,skakel,paku,tenaga, olie bekas) = Rp. 100.000,-
Jumlah = Rp. 950.000,-
DAFTAR PUSTAKA
Limbongan j dan Maskar, 2003. Potensi pengembanagan dan ketersediaan tehnologi bawang merah palu di Sulawesi Tengah J Litbang Pertanian 22 (3) 103-108
Moekasan,TK 1994. Pengujian ambang pengendalian hama Spedoptera exigua berdasarkan umur tanaman dan intensitas kerusakan tanaman bawang merah didataran rendah. Pros Seminar Hasil Penelitian Pendukung Pengendalian Hama Terpadu. Lembang
Moekasan,TK 2002. Efikasi dan formulasi seNPV terhadap larva Spedoptera exigua pada tanaman bawang merah dirumah kasa J.Hort 12
Sastrosiswojo dan Rubiati ( 2001) Pengaruh aplikasi insektisida kloropirifos dan deltamentrin pada tnaman bawang merah terhadap resurgensi Spedoptera exigua J Hort 11
Sutarya, 1996). Hama ulat Spedoptera exigua pada bawang merah dan strategi pengendaliannya. J Litbang Pertanian.
Duryatmo S,2004 Ngengat tentara terjebak chaya. Trubus 420 .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar