SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI............

.........SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI............

Sabtu, 28 Juli 2012

CARA PEMBIBITAN PADI DENGAN METHODE SRI


Oleh  Anik Rachmawati,SP,MMA
  
I.                   PENDAHULUAN
a.       Latar belakang
SRI  adalah teknik budidaya padi yang mampu  meningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara,  terbukti telah berhasil meningkatkan  produktifitas padi sebesar 50% , bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%.
Metode ini  pertama kali ditemukan secara tidak disengaja di Madagaskar antara tahun 1983 -84 oleh  Fr. Henri de Laulanie, SJ, seorang Pastor Jesuit asal Prancis yang lebih dari 30 tahun hidup bersama petani-petani di sana. Oleh penemunya, metododologi ini selanjutnya dalam bahasa Prancis dinamakan Ie Systme de Riziculture Intensive disingkat SRI. Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification disingkat SRI. Tahun 1990 dibentuk Association Tefy Saina (ATS), sebuah LSM Malagasy untuk memperkenalkan  SRI. Empat tahun kemudian, Cornell International Institution for Food, Agriculture and Development (CIIFAD), mulai bekerja sama dengan Tefy Saina untuk memperkenalkan SRI di sekitar Ranomafana  National Park di Madagaskar Timur, didukung oleh US Agency for International Development. SRI telah diuji di Cina, India, Indonesia, Filipina, Sri Langka, dan Bangladesh dengan hasil yang positif.


SRI menjadi terkenal di dunia melalui upaya dari Norman Uphoff (Director CIIFAD). Pada tahun 1987, Uphoff mengadakan presentase SRI di Indonesia yang merupakan kesempatan pertama SRI dilaksanakan di luar Madagaskar  Hasil metode SRI sangat memuaskan. Di Madagaskar, pada beberapa tanah tak subur yang produksi normalnya 2 ton/ha, petani yang menggunakan SRI memperoleh hasil panen lebih dari 8 ton/ha, beberapa petani memperoleh 10 – 15 ton/ha, bahkan ada yang mencapai 20 ton/ha. Metode SRI minimal menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode yang biasa dipakai petani. Hanya saja diperlukan pikiran yang terbuka untuk menerima metode baru dan kemauan untuk bereksperimen.
Dalam SRI tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya, bukan diperlakukan seperti mesin yang dapat dimanipulasi. Semua unsur potensi dalam tanaman padi dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya.
b.      Manfaat methode SRI
            Secara umum manfaat dari budidaya metode SRI adalah sebagai berikut 
1.      Hemat air (tidak digenang), Kebutuhan air hanya 20-30% dari kebutuhan air untuk cara konvensional
2.      Memulihkan kesehatan dan kesuburan tanah, serta mewujudkan keseimbangan ekologi tanah
3.      Membentuk petani mandiri yang mampu meneliti dan menjadi ahli di lahannya sendiri. Tidak tergantung pada pupuk dan pertisida  kimia buatan pabrik yang semakin mahal dan terkadang langka 
4.      Membuka lapangan kerja dipedesaan, mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan keluarga petani
5.      Menghasilkan produksi beras yang sehat rendemen tinggi, serta tidak mengandung residu kimia 
6.      Mewariskan tanah yang sehat untuk  generasi mendatang 
 
II.                TEHNIK BUDIDAYA PADI METODE SRI
a.       Prinsip-prinsip budidaya padi organik metode SRI 
1.      Tanaman  bibit muda berusia kurang dari 12 hari setelah semai (hss) ketika   bibit
2.      masih berdaun 2 helai.
3.      Bibit ditanam satu pohon perlubang dengan jarak 30 x 30, 35 x 35 atau lebih jarang
4.      Pindah tanam harus sesegera mungkin (kurang dari 30 menit) dan harus hati-hati agar  akar tidak putus dan ditanam dangkal
5.      Pemberian air maksimal 2 cm (macak-macak) dan periode tertentu dikeringkan sampai pecah (Irigasi berselang/terputus)
6.      Penyiangan sejak awal sekitar 10 hari dan diulang 2-3 kali dengan interval 10 hari
7.      Sedapat mungkin menggunakan pupuk organik (kompos atau pupuk    hijau)
  
b.      Keunggulan metode SRI 
1.      Tanaman hemat air, Selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen memberikan air max 2 cm, paling baik macak-macak sekitar 5 mm dan ada periode pengeringan sampai tanah retak ( Irigasi terputus)
2.      Hemat biaya, hanya butuh benih 5 kg/ha. Tidak memerlukan biaya pencabutan bibit, tidak memerlukan biaya pindah bibit, tenaga tanam kurang dll.
3.      Hemat waktu, ditanam bibit muda 5 - 12 hss, dan waktu panen akan lebih awal
4.      Produksi meningkat,  di beberapa tempat mencapai 11 ton/ha
5.    Ramah lingkungan, tidak menggunaan bahan kimia dan digantikan dengan mempergunakan pupuk organik (kompos, kandang  dan Mikro-oragisme Lokal), begitu juga penggunaan pestisida. 

c.       Menyiapkan Benih Yang Bermutu
Ini merupakan awal dari rangkaian kegiatan membuat persemaian. Petama-tama kita siapkan benih yang akan dipakai. Kebutuhan benih untuk tanaman padi model SRI adalah 5—7 kg per hektar lahan. Kemudian benih tadi harus diseleksi sebelum disemai.
Untuk itu kita bisa menggunakan metode “Larutan Garam”. Prosesnya adalah sebagai berikut.
1.      Masukkan air ke dalam wadah atau toples. 
2.      Selanjutnya masukkan telur ayam ke dalam wadah atau toples berisi air tadi. Telur ayam akan berfungsi sebagai penanda ketika larutan garam sudah siap untuk digunakan.
3.      Kemudian masukkan garam dapur perlahan-lahan ke dalam air sambil diaduk hingga garam larut. Penambahan garam dihentikan ketika telur sudah naik ke permukaan air. 
4.       Langkah berikutnya adalah memasukkan benih yang akan ditanam ke dalam larutan garam.
5.      Benih yang mengapung adalah benih yang kurang baik kualitasnya. Benih ini bisa diambil dan disisihkan. Benih yang tenggelam adalah benih yang baik. Benih-benih ini kemudian diambil dan  dicuci untuk selanjutnya disemai. Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan larutan garam yang menempel pada benih.
              Metode “Larutan Garam” hanyalah salah satu cara untuk menyeleksi benih. Anda bisa  
          menggunakan cara lain yang mungkin sudah biasa Anda gunakan dalam memilih benih yang baik untuk
           disemaikan. 
Setelah benih berkualitas baik siap, benih harus diperam dulu selama satu hari satu malam, tidak boleh lebih. Ini dilakukan agar benih tumbuh seragam. Setelah diperam, akan terlihat adanya bintik pada lembaga atau embrio benih (tetapi belum tumbuh akar). Ini adalah tanda benih yang baik dan siap disemai. 

Membuat Persemaian
           Persemaian untuk SRI dapat dilakukan dengan dua cara yaitu persemaian kering dan persemaian
          basah.  Persemaian basah adalah persemaian yang langsung dilakukan di lahan pertanian, seperti pada
         sistem konvensional. Sementara persemaian kering yaitu persemaian yang menggunakan wadah berupa 
         kotak/besek/wonca/pipiti. Penggunaan wadah ini dimaksudkan untuk memudahkan  pengangkutan dan 
         penyeleksian benih.
Untuk lahan seluas satu hektar dibutuhkan wadah persemaian ukuran 20 cm x 20 cm, sebanyak 400—500 buah. Kotak/besek/wonca/pipiti bisa juga diganti dengan wadah lain seperti pelepah pisang atau belahan buluh bambu. 
 
Tahapan membuat persemaian adalah sebagai berikut. 
1.       Siapkan media persemaian dengan cara mencampur tanah dengan pupuk organik/pupuk kandang/ bokhasi dengan perbandingan 1:1. 
2.        Sebelum wadah diisi dengan media, lapisi dulu bagian dalamnya dengan daun pisang yang sudah dilemaskan dengan cara dijemur atau dipanaskan di atas api. 
3.       Masukkan media ke dalam wadah hingga 3/4 penuh. Selanjutnya media ini disiram dengan air supaya lembab. 
4.       Tebarkan benih ke dalam wadah. Jumlah benih per wadah antara 300—350 biji.
5.        Taburkan arang sekam di atas benih sampai rata melapisi/menutupi benih. 
6.       Selanjutnya simpan wadah-wadah ini di tempat yang teduh. Pada hari pertama dan hari kedua, sebaiknya wadah-wadah ini ditutupi agar tidak kepanasan.
7.       Jika disimpan di pekarangan, jangan lupa untuk meletakkan wadah-wadah ini di tempat yang aman dari gangguan ternak seperti ayam. 
8.        Penyiraman bisa dilakukan setiap hari agar media tetap lembab dan bibit tanaman tetap segar. 
d.      Penanaman
Bibit siap dipindahkan ke lahan setelah mencapai umur 7—10 hari setelah semai. Kondisi air pada saat tanam adalah “macak-macak” (Jawa-Red.). Arti dari “macak-macak” adalah kondisi tanah yang basah tetapi bukan tergenang. 
            Pada metode SRI digunakan sistem tanam tunggal. Artinya, satu lubang tanam diisi
satu bibit padi. Selain itu, bibit ditanam dangkal, yaitu pada kedalaman 2—3 cm
dengan bentuk perakaran horizontal (seperti huruf L). 
            Mengapa hanya menggunakan satu benih  untuk satu lubang? Dasar pemikirannya
adalah, jika beberapa benih ditanam bersamaan dalam satu lubang maka akan muncul persaingan antar tanaman dalam memperebutkan nutrisi, oksigen, dan sinar matahari. Karena itu, dengan sistem penanaman tunggal diharapkan bahwa tiap tanaman bisa menyerap nutrisi, oksigen, dan sinar matahari secara lebih optimal.
Jarak tanam yang digunakan dalam metode SRI adalah jarak tanam lebar, misalnya 25 cm x 25 cm atau 30 cm x 30 cm. Semakin lebar jarak tanam, semakin meningkat jumlah anakan produktif yang dihasilkan oleh tanaman padi. Penyebabnya, sinar matahari bisa mengenai seluruh bagian tanaman dengan lebih baik sehingga proses fotosintesis dan pertumbuhan tanaman terjadi dengan lebih optimal. Jarak tanam yang lebar ini juga memungkinkan tanaman untuk menyerap nutrisi, oksigen dan sinar matahari secara maksimal.
Langkah selanjutnya diadakan pemupukan dengan menggunakan pupuk organik  yang berasal dari hijauan (seperti jerami, batang pisang, dan pangkasan  daun tanaman legum) atau kotoran ternak (seperti sapi, kerbau, dan ayam). Bahan-bahan ini harus dikomposkan terlebih dulu sebelum dipakai sebagai pupuk. Untuk menambah kandungan nutrisi, pupuk organik tersebut ditambah dengan pupuk organik cair yang mengandung mikroorganisme lokal (MOL). Pengelolaan Air dan Penyiangan  serta pemupukan adalah bagian dari tahapan budidaya metodhe  SRI
Hasil panen pada metode SRI pada musim pertama tidak jauh berbeda dengan hasil sebelumnya (metode konvensional) dan terus  meningkat pada musim berikutnya sejalan dengan meningkatnya bahan organik dan kesehatan tanah. 

III.             KESIMPULAN
Metode SRI menguntungkan untuk petani, karena produksi meningkat sampai 10 ton/ha, selain itu karena tidak mempergunakan pupuk dan pestisida kimia, tanah menjadi gembur, mikroorganisme tanah meningkat jadi ramah lingkungan.  Untuk mempercepat penyebaran metode SRI perlu dukungan dengan kebijakan pemerintah pusat maupun daerah. 
  
DAFTAR PUSTAKA 

Entun Santosa, 2005. Rice organic farming is a programme for strengtenning food security in sustainable rural development, Makalah disampaikan pada seminar Internasinal Kamboja ROF. 

Kuswara dan Alik Sutaryat, 2003. Dasar Gagasan dan Praktek Tanam Padi Metode SRI (System of Rice Intencification). Kelompok Studi Petani (KSP). Ciamis  

Mutakin, J. 2005. Kehilangan Hasil Padi Sawah Akibat Kompetisi Gulma pada Kondisi SRI (Systen of Rice Intencification). Tesis. Pascasarjana. Unpad Bandung
Sampurna Untuk Indonesia, 2008. SRI Sytem Rice intensification, Pasuruan 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar